Joker: Pekerjaan Dilematis Saya

Bacalah buku ini, maka kamu akan mengerti bagaimana susahnya jadi seorang penyiar radio. Terlepas dari ceritanya yang bagus, ada benang merah tersendiri antara buku ini dan saya sendiri. Bagaimana dibuku ini diceritakan betapa dilematisnya pekerjaan yang saya punya. Kadang, kalau saya merasa perlu dihibur, saya harus menghibur orang lain. Saat saya merasa kalau yang saya lakukan sejauh ini baik-baik saja, ternyata masih banyak kekurangan yang atasan saya temukan. Atasan saya meminta saya bekerja dengan lebih baik, padahal saya merasa tidak ada yang salah dengan apa yang saya dapatkan. Saya berusaha bersikap baik dengan para pendengar, tapi mereka merasa saya meremehkan. Di satu sisi saya masih mau bertahan dengan pekerjaan saya ini karena saya menikmatinya, di sisi lain saya tidak tahan dengan tekanan yang ada.

You think you know, but you’ve got no idea. Sometimes reality’s not like what it seems (Paris Hilton), saya benci selalu dicerca dengan hal-hal seperti melayani pendengar dengan lebih baik, padahal kenyataannya mereka yang tidak tahu bagaimana keadaan saya selagi on air meminta lebih banyak ketimbang apa yang bisa saya berikan.

Baiklah, saya mencoba untuk menjadi profesional. Saya mencoba belajar lebih baik lagi untuk menjadi seseorang yang mengayomi orang lain dengan lebih baik, dan saya masih belajar banyak tentang hal itu. Ini cuma sekedar jeritan hati saja sih.

By the way, saya mau bilang terima kasih dulu buat Pondut yang udah mereferensikan buku ini untuk saya baca ketika saya punya perasaan sangat sebal kepada bos saya beberapa waktu yang lalu. Ternyata bukan hanya saya yang terikat dengan sistem ini, mungkin semua penyiar yang ada di muka bumi ini. Intinya, saya benci dikritik ketika saya sedang on air, secara psikologis itu akan menjatuhkan mental saya dan membuat pekerjaan saya menjadi kacau. Yaah… masukan aja buat para station manager, music director dan BSO dimanapun di dunia ini (^^).

Posted in: buku, pikiran dan pemikiran